Wednesday, September 26, 2012

Sekilas Tentang Bahasa Jawa Dialek Tegal

Pulau Jawa dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Jawa barat (Termasuk Banten dan Daerah Khusus Ibu Kota), Jawa Tengah (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta), dan Jawa Timur. Dalam kehidupan masyarakat di pulau Jawa ini, penyebutan orang Jawa ternyata hanya ditujukan kepada masyarakat yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dapat kita jumpai, misalnya ketika warga asli Jakarta mengajukan pertanyaan Kamu dari Jawa ya? atau Kamu orang Jawa ya?, yang dimaksud Jawa di sini bukanlah daerah Jawa secara keseluruhan (karena yang bertanya sendiri berasal dari Jakarta yang termasuk wilayah pulau Jawa), namun hanya daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi, Jawa dalam pertanyaan di atas tidak memasukkan daerah Jawa Barat atau orang yang tinggal di daerah Jawa Barat dan orang yang berasal dari Jawa Barat sebagai acuannya, hanya mengacu pada daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang orang yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.atau orang orang yang tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagaimana disebutkan di atas.



Hal yang sama juga berlaku pada bidang bahasanya. Bahasa Jawa mengacu pada bahasa yang digunakan  oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur atau masyarakat yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara itu, bahasa yang digunakan oleh masyarat di daerah Jawa Barat (termasuk Daerah Khusus Ibu Kota) tidak disebut  bahasa Jawa, tapi bahasa lain yang tidak mencantumkan Jawa,, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Betawi.

Masyarakat Tegal dan sekitarnya (termasuk Kabupaent Brebes dan Kabupaten Pemalang) yang daerahnya termasuk propinsi Jawa Tengah, dengan demikian termasuk masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi diantara anggota masyarakatnya. Bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Tegal dan sekitarnya merupakan salah satu dialek bahasa Jawa selain dialek Jawa Timur dan dialek Banyumas. Bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Tegal dan sekitarnya dikenal dengan nama Bahasa Jawa Dialek Tegal. Bahasa Jawa yang dianggap standar adalah bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Anggapan bahwa bahasa Jawa standar adalah bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Yogyakarta dan Surakarta dibuktikan dengan kenyataan bahwa ragam bahasa ini diajarkan di sekolah dasar di Jawa Tengah, termasuk di daerah Tegal sebagai mata pelajaran Bahasa Daerah.

Masyarakat Tegal umumnya memandang bahwa bahasa Jawa yang digunakan masyarakat Yogyakarta dan Surakarta seabagai bahasa yang halus.Ragam bahasa yang halus ini disebut ragam bandek oleh masyarakat Tegal. Dengan demikian, sadar atau tidak, masyarakat Tegal menganggap bahwa bahasanya adalah merupakan ragam yang kasar (lebih rendah) jika dibandingkan dengan bahasa Jawa standartersebut. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa dialek dianggap lebih rendah dari bahasa standar.

Kenyataan ini tidak secara otomatis mengimplikasikan bahwa status sosial semua masyarakat Tegal yang bahasanya merupakan dialek dari bahasa Jawa lebih rendah dari masyarakat Yogyakarta atau Surakarta yang bahasanya merupakan bahasa Jawa standar. Penentuan status sosial tinggi dan rendah adalah sesuatu yang dapat dipandang dari berbagai faktor.

Perbedaan pokok antara bahasa Jawa dialek Tegal dengan bahasa Jawa standar ada beberapa hal. Fonem vokal  /a/ yang ditulis dengan 'a', yang dalam bahasa Jawa standar diucapkan [O], diucapkan [a] dalam bahasa Jawa dialek Tegal. Misalnya lunga  'pergi', mrana 'ke sna', dan teka 'datang'. Foneme konsonan /k/ yang berdistribusi di akhir kata seperti dalam kata apik, bebek, muluk, dan susuk, yang diucapkan sebagai bunyi glotal [?] dalam bahasa Jawa standar, diucapkan sesuai dengan grafem/tulisannya seperti dalam kata kata bahasa Indonesia politik, republik, dan suntik.

Selain perbedaan perbedaan pokok di atas, terdapat pula kata kata dan ungkapan ungkapan  khusus yang tidak terdapat dalam bahasa Jawa standar seperti: belih 'tidak', ndeyan 'barangkali', iloken/loken 'betulkah', mecing 'minta uang', mbeketupuk 'suka omong kosong', dan lain lain. 

No comments:

Post a Comment