Saturday, September 22, 2012

Bahasa dan Dialek

Bahasa dan dialek sebenarnya mengacu pada seperangkat bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi umat manusia. Bahasa dan dilaek dilihat dari substansinya pada hakekatnya sama yaitu sama sama bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian, istilah untuk alat komunikasi tersebut, mengacu pada kajian bahasa secara murni (Linguistik murni) , biasanya disebut dengan istilah bahasa saja. Munculnya istilah dialek (sebagian orang menyebutnya logat) adalah berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam masyarakat. 


Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat penutur bahasa di suatu daerah ada yang menggunakan bahasa yang dapat dikatakan lain tetapi sama dengan bahasa masyarakat di daerah lainnya. Lain tapi sama artinya mereka masih merasa bahwa mereka menggunakan bahasa yang sama dan dapat saling memahami  ketika berkomunikasi namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Perbedaan perbedaan itu dapat berupa perbedaan bunyi, perbedaan kosa kata (ada kata yang terdapat di suatu daerah tidak terdapat di daerah yang lainnya), maupun arti yang berlainan atausedikit berlainan satu sama lain. Ragam ragam bahasa yang seperti itu disebut dialek atau logat. Jadi, dapat dikatakan bahwa dialek adalah varian dari suatu bahasa.

Untuk menentukan bahwa suatu tuturan merupakan sebuah bahasa atau hanya dialek dari suatu bahasa itu tidaklah mudah. Dialek sering didefinisikan sebagai seperangkat bentuk ujaran lokal yang berbeda, yang mempunyai ciri ciri umum dan mirip satu sama lain dan termasuk bahasa yang sama. Sementara itu, Ayatrohaedi (1983: 1) lebih memilih rumusan yang dibuat oleh panitia Atlas Bahasa Bahasa Eropa yang mengatakan bahwa dialek adalah sistem kebahasaan yang digunakan oleh satu masyarakat untukmembedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang menggunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya. Dialek dianggap ragam dari bahasa bahasa yang dianggap standar. Dialek juga sering dianggap berkedudukan lebih rendah dari bahasa yang dianggap standar tersebut.

Semua penutur adalah pentur yang paling tidak menguasai satu dialek. Dialek dapat dianggap sebagai sub bagian dari suatu bahasa tertentu. Bahasa adalah kumpulan dialek dialek yang bersifat mutually intelligible (dapat dipahami oleh para penutur masing masing dialek).Istilah mutually intelligible yang melekat pada definisi dialek juga belum sepenuhnya dapat menarik garis yang tegas untuk membedakan antara bahasa dan dialek. Kasus yang terkenal adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Skandinavia di Eropa. Tuturan yang digunakan oleh masyarakat di Norwegia, Swedia, dan Denmark adalah bahasa yang berdiri sendiri sebagai bahasa standar di masing masing daerah tersebut. Namun, masyarakat di ketiga daerah tersebut (terutama yang berpendidikan) dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan bahasa mereka masing masing.

Hal tersebut membuktikan bahwa ada sifat mutually intelligible dari ketiga bahasa itu, dan kalau berpegang pada definisi yang mengatakan bahwa suatu bahasa adalah kumpulan dialek dialekyang bersifat mutually intelligible, maka ketiga bahasa yang digunakan oleh masyarakat Norwegia, Swedia, dan Debmark seharusnya disebut dialek dialek. Namun, faktanya tuturan yang dipaki oleh masyarakat di ketiga negara yang disebutkan diatas adalah bahasa masing masing negara atau daerah tersebut., walaupun masih bersifat mutually intelligible. Dari fakta fakta di atas, kita mengetahu bahwa penentuan bahasa dan dialek lebih bersifat politis dan kultural (Trudgil, 1974: 16).

Penentuan dialek dapat dilihat dari latar belakang sosial atau latar belakang geografis. Dialek yang ditentukan berdasarkan latar belakang sosial disebut dialek sosial sedangkan yang ditentukan oleh latar belakang geografis disebut dialek geografis.

Referensi:

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Trudgil, Peter. 1974: Sociolinguistics: An Introduction. Asylesbury: Hazell Watson & Viney Ltd.



No comments:

Post a Comment